cerpen (cerita pendek) DERITA DUNIA



karya : Winardi setiawan

SMART BLOG CERPEN: Wawan, begitu nama seorang bocah kecil yang ditinggal oleh orang tuanya bekerja di luar kota. Sejak kecil ia tinggal bersama adik dan neneknya. Dia dan Dina adiknya tidak merasakan kasih sayang yang cukup dari orang tuanya. Wawan dan Dina kerap kali merasa sedih dan iri ketika melihat teman-teman mereka bersenda gurau bersama orang tua mereka. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak dengan keadaan tersebut.
            Wawan dan Dina mulai tumbuh menjadi sosok remaja. Dengan demikian kebutuhan mereka pun bertambah, terutama kebutuhan sekolah mereka. Dengan pekerjaan neneknya yang hanya seorang guru mengaji, tentu saja tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka yang cukup banyak tersebut. Hal tersebut membuat nenek mereka cemas, sering kali nenek tidur hingga larut malam karena memikirkan hal tersebut.
            Suatu hari nenek mencoba membuat kue untuk kemudian dijual di warung terdekat. Nenek berharap dengan ia memebuat kue, ia bisa mencukupi kebutuhan cucu-cucunya itu. Namun, usaha tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan Wawan dan Dina. Kemudian nenek juga bekerja di rumah tetangganya sebagai buruh cuci dan setrika pakaian. Pekerjaan tersebut memang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka bertiga. Namun, setiap malam nenek harus merasakan letih yang begitu hebat akibat terlalu keras bekerja. Seharusnya wanita setua nenek tidak lagi bekerja keras berjuang untuk hidup. Hal tersebut membuat Wawan dan Dina merasa iba. “ Bang, bagaimana kalau kita membantu nenek?” ujar Dina. “ya, Na. Kita harus membantu nenek.” Jawab Wawan. “tapi bagaimana caranya ya, Bang?” tanya Dina Bingung. “Gini saja, Na. Kamu membantu nenek, aku akan menjaga kambing pak Ilyas” kata Wawan.”baiklah, Bang” jawab Dina. Mereka pun sepakat untuk membantu nenek. Dina membantu meringankan pekerjaan nenek di rumah tetangganya. Sedangkan Wawan, sepulang sekolah ia menjaga ternak tetangganya dengan upah yang tidak seberapa. Namun, nenek senang karena mereka mau membantu meringankan pekerjaan nenek.
           

Suatu hari, ketika nenek akan berangkat kerja, ia merasa tidak enak badan dan kepalanya sedikit pusing. Wawan telah melarang nenek untuk bekerja, namun nenek tetap pergi bekerja.” Nek, kalau nenek sakit, jangan bekerja, Nek !” ujar Wawan. “Tidak apa-apa, Wan. Nenek tidak sakit, nenek cuma pusing” jawab nenek. “Tapi wajah nenek pucat, Nek” kata Wawan. “Nenek tidak apa-apa, Wan. Kalau nenek tidak bekerja siapa yang akan mengerjakannya?” tanya nenek. “Dina kan ada, Nek” jawab Wawan.” Wan, adik mu itu masih kecil kasihan dia. Sudah kamu berangkat sana !” kata nenek. Akhirnya, nenek tetap pergi bekerja seperti biasa walau dalam keadaan sakit. Sepanjang perjalanan Wawan cemas memikirkan keadaan neneknya. Sesampainya di sekolah ia pun tidak konsentrasi belajar.
Ketika nenek sedang mencuci pakaian ia terpeleset dan jatuh pingsan. Tetangganya segera membawanya pulang. Setelah Wawan dan Dina pulang mereka terkejut karena di rumah mereka ramai sekali orang. Setelah masuk ke dalam rumah, mereka melihat nenek sedang terbaring lemah di tempat tidur tuanya. Seorang tetangga menjelaskan kejadian sebenarnya kepada mereka. Sejak saat itu, Nenek tidak bisa bekerja kembali. Jangan kan bekerja, berdiri pun nenek sudah tidak sanggup. Kini Dina yang harus mengurus segala keperluan nenek termasuk menggantikan pekerjaan nenek di rumah tangganya. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, Dina harus memasak untuk makan siang mereka nantinya. Ia hanya memasak lauk seadanya. Hanya tahu, tempe dan telor menjadi teman makan mereka sehari-hari. Dan terkadang mereka harus berhutang terlebih dahulu untuk membeli beras dan kebutuhan dapur lainnya. Keadaan semakin memburuk setelah nenek mereka meninggal. Dina dan Wawan binggung, harus kemana lagi ia tinggal. Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal bersama paman mereka.
Suatu hari, orang tua mereka datang untuk menjemput Wawan dan Dina pulang. Orang tua mereka bermaksud ingin merawat Wawan dan Dina kembali. Namun, Wawan dan Dina menolak untuk dibawa. Mereka lebih memilih tinggal bersama paman mereka. Keputusan mereka tersebut membuat ayah mereka naik darah.” Jadi kalian tidak mau tinggal bersama kami?” tanya ayah dengan mukamarah. “Tidak, kami tidak mau tinggal bersama kalian. Kami tidak punya orang tua.” Jawab Dina dengan lantang. Ucapan Dina tersebut ternyata telah melukai hati ibunya. Orang tua mereka pun pergi dan kembali ke kota.


Awalnya mereka senang tinggal bersama paman. Karena ketika itu paman masih duda karena istrinya meninggal dunia. Namun, keadaan berubah setelah pamananya menikah lagi. Paman mereka meikah dengan seorang gadis yang sangat galak. Sering kali mereka dibentak olehnya. Dina yang masih belia disuruh mengerjakan semua pekerjaan rumah yang menjadi tugas bibinya. Wawan tidak tega melihat keadaan tersebut. Ia takut adiknya akan sakit jika terlalu letih bekerja.
Suatu hari, ketika paman mereka sedang bekerja dan Wawan sedang sekolah. Pada saat itu Dina tidak masuk sekolah karena sakit. “Dina!!” jerit bibinya. “ya, Bi!” jawab Dina. “Cepat kamu cuci pakaian bibi dan paman mu!!” perintah bibi. “Bi, Dina sedang sakit, kepala Dina pusing” ujar Dina. “ Alasan, Kamu” bentak bibinya. Dengan cepat bibi memukul Dina dengan kayu rotan. Dina pun menangis kesakitan. Namun, ia tidak berani mengadu kepada pamannya. Karena ia takut akan ancaman bibinya.”Ya Allah, kenapa hidupku seperti ini?” Batin Dina dalam hati. Dalam hatinya ia menyesal telah menyakiti hati ibunya dengan ucapannya.
Keesokan harinya, Dina memberitahukan kepada Wawan, kalau ia tidak mau lagi tinggal bersama paman dan bibinya. “Bang, Dina tidak sanggup lagi tinggal disini, Bang. Dina di siksa, Bang.” Kata Dina sambil menangis. “ kenapa kamu tidak pernah bicara dengan abang akan hal ini, Na? tanya Wawan. “Dina takut, Bang.” Ujar Dina.
Keesoakan harinya, pagi-pagi sekali Wawan menghampiri pamannya. “Paman, Wawan dan Dina ingin tinggal bersama ayah dan ibu” ujar Wawan perlahan. “ Kenapa, Wan?” tanya paman. “ Dina sudah tidak betah tinggal disini” jawab Wawan. “tolong hubungi ayah, Man” tambahnya.” Ya sudah tunggu sebentar, Wan” kata pamannya. Tak lama kemudian paman datang. “Besok orang tua kalian akan menjemput kalian” ujar paman. Wawan lega mendengar hal tersebut, kemudian ia langsung memberitahukan hal tersebut kepada Dina.” Na, besok ayah datang menjemput kita” ucap Wawan. Dina hanya diam karena ia merasa bersalah kepada orang tuanya. Ia telah menyakiti hati orang tuanya dengan ucapannya sendiri.
Keesokan harinya, ketika orang tua mereka datang, Dina langsung memeluk dan meminta maaf kepada orang tuanya. “ Ayah, Ibu, Dina minta maaf. Dina menyesal telah berkata seperti itu” kata Dina sambil menangis.” Ibu sudah memaafkan kamu, Na” jawab ibu.” Kami ingin tinggal bersama ibu dan ayah” tambah Wawan. Ayah pun merangkul mereka dan mereka pun saling berpelukan. Ayah dan ibu pun meminta maaf kepada Wawan dan Dina karena selama ini mereka tidak merawat Wawan dan Dina dengan baik seperti orang tua lainnya. Kini mereka hidup bahagia dengan keluarga yang utuh dan derita Dina pun berakhir . Kejadian tersebut mereka jadikan pelajaran agar tidak terulang kembali kedua kalinya.
Share This Article
Komentar Anda