Cerpen (cerita pendek) PENYESALAN MIZI




Karya : Suhadi Sudirja

SMART BLOG CERPEN : Suara adzan magrib yang makin lama makin menghilang,malam mulai muncul dan suasana yang mulai hening,terdengar suara yang tak biasa di dengar oleh warga sekitar . “aaaaah” terdengar suara yang datang dari sebuah rumah sederhana .”teriakan siapa itu ? Tanya seorang warga di dekat persimpangan yang bernama pak ata yang tak berapa jauh dari arah datangnya suara . “bu,ibu dengar tak suara apa tu bu ? “ pak ata bertanya pada istrinya yang bernama sihah. “ iya pak ,ibu dengar,siapa yang terjerit malam begini ya pak “ sihah membalasnya.”perasan dari rumah pak kantan ya bu,yuk bu kita kesana sebentar “. “yuk pak “ jawab si ibu sihah.
            Aaahh !!! aku muak dengan hidupku yang begini terus,kapan diriku bisa hidup senang ? kapan aku bisa seperti anak-anak yang lain ? dengan nada yang tinggi mizi membentak orang tuanya yang berdiam saja di rumah itu,
            Astaghfirullah “ mizi,sebenarnya apa keinginan mu Nak ? “Tanya ibu siti dengan nada yang lembut dan pelan.”kau tak boleh berbicara seperti itu kepada bapak mu Nak !,mana sopan mu zi,ingat nak itu dosa nak,nyebut nak,nyebut !! “ dengan kasar mizi membentak ibunya ,ia menganggap apa yang dikatakan oleh orang yang melahirkan dan membesarkannya itu sebagai angin lalu dan omong kosong saja.
            Diaaaaam!! Buk,aku malu buk aku putus sekolah gara-gara bapak buk,kawan-kawanku semua sekolah tapi aku ? aku tidak buk,aku malu dengan semua buk ..” ujar si mizi terhadap ibunya dengan suara yang tinggi dan menunjuk kearah bapaknya yang lemah dan kaku tersebut.
            Melihat kelakuan si Mizi pak Ata dan warga sekitar merasa marah kepada si Mizi dan merasa kasihan terhadap Pak Kantan.mula-mula mereka menenangkan dan menasehati beliau yang sedari tadi melampiaskan emosinya terhadap orang tuanya.

“Mizi sebagai anak tak baik berkata seperti itu Nak,apalagi membentaknya,itu dosa besar “ kata bu Ata , “dan ingat zi Allah murka pada anak yang melawan orang tuanya “ tambah bu Ata lagi.mereka berusaha menasehatinya dengan lemah lembut. Supaya hati Mizi luluh dan menyadari bahwa perbuatan yang ia lakukan itu adalah kesalahan besar.
            Namun hal tersebut sama sekali tidak membuat Mizi menyadari akan kesalahannya,bahkan nasehat dari warga malah membuat Mizi semakin murka dan marah.
            “Aaaaahh kalian semua sama saja ,mentang-mentang anak kalian semua sekolah dan aku tidak,kalian hanya menghinaku ,kalau mau ceramah jangan di sini ini bukan masjid,apa peduli kalian terhadap keluarga kami ? “ bentak mizi mengeluarkan semua akalnya untuk mengusir mereka dari rumahnya.
            “Kami bertanggung jawab terhadap perlakuan mu Zi…karna kau telah berlaku kasar ke orang tua mu,dan perlu kau ketahui kami merasa terganggu atas tindakan mu itu “ tegas pak Ata yang mulai meninggikan suaranya.
            “eh si tua….jangan ikut campur dalam masalahku,kalian urus saja keluarga kalian,pergi dari sini,mentang-mentang kami miskin.”pergiiii” usir Mizi dengan kasar sambil menutupi pintu depan rumahnya.
            “wong edan,bocah gemblong,di nasehati bukannya didengar,eh malah di usir”.warga tersinggung dengan ucapan si  Mizi lalu mereka kembali pulang ke rumah masing-masing.
Keesokan harinya,seperti biasa warga melaksanakan rutinitasnya sehari-hari,mereka mulai melupakan kejadian semalam,ada yang pergi sekolah dan ada yang mencari nafkah untuk keluarga.
Sama seperti warga lainnya bu Siti juga melakukan aktivitasnya rutinnya yang bekerja sebagai tukang cuci pakian.semenjak suaminya sakit 2 tahun yang lalu karna tekena racun,kini Bu Siti yang menghidupi keluarganya.”Mizi,Ibu pergi dulu,jaga bapak mu Nak,kau jangan kemana-mana kasihan bapak mu nanti sendirian.dengan bahasa yang kasar mizi menjawab “Aaaah malas ah“ujar Mizi,”astaghfirullah “ ucap Bu Siti ,dan ia melanjutkan rutinitasnya.
            “Mizi “ ucap bapaknya,”kamu mau sekolah dimana Nak ? “ tanya pak kantan.”aku mau sekolahnya di SMP 1 pak,kawan-kawan ku pada kesana semua pak”.”hemm,baiklah nak demi kesuksesan mu,bapak akan menyekolahkan mu semampu bapak bisa ya” Mizi membalasnya”beneran pak ? janji ya pak ? “ kata Mizi dengan wajah yang terlihat bersemangat,ia tak menyadari keadaan bapaknya yang sangat lemah.
Share This Article
Komentar Anda